Hong ulun basuki langgeng.
Apa kabar, Sahabat? Kalian sudah pernah dengar tentang Kasada? Atau tentang Tengger? Itu lo, yang ada di pelajaran IPS ketika SD. Pasti masih ingat kan, meski sedikit.
Kasada itu, salah satu upacara adat masyarakat suku Tengger. Mereka, suku Tengger itu, tinggal di gunung Bromo. Upacara Kasada itu sendiri, dilaksanakan setiap bulan Kasada, yaitu penghitungan bulan milik kaum Tengger. Kasada atau lebih lengkapnya Yajña Kasada (baca: yajnya kasada), berarti pengorbananan di bulan Kasada. Bagaimana acaranya? Yuk, ikuti kisah kami.
Perjalanan
Kami berangkat dari Wlingi sekitar pukul 08.30 wib tanggal 7 Juli 2017, dan menuju Malang. Sebelum sampai di kotanya, kami berbelok untuk menghindari macet melalui Kendalpayak. Sampai di Tumpang, tepatnya di Poncokusumo, kami berhenti sejenak untuk mengisi perut.
Perjalanan diteruskan sampai sebelum gapura masuk TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru). Kami berhenti lagi untuk mengisi bensin dan nge-tap oli manusia (baca: buang air kecil). Kemudian, memacu andrenalin dengan turun ke bukit Teletubies, lanjut ke padang savana, dan ke lautan pasir kasiah. Di sini, perjalanan kami sangat mengasyikkan. Bagaimana tidak? Melewati pasir sejauh mata memandang, dengan sepeda motor, butuh ketelatenan, kejelian, dan teknik yang semuanya tingkat dewa. Kalau berhasil dengan lancar, dijamin bisa lulus tes SIM C dalam sekali saja, deh.

Dengan mengikuti pagar yang telah dibuat sebagai petunjuk jalan agar tidak nyasar di “genangan” pasir, kami akhirnya sampai di lokasi Eksotika Bromo 2017. Setelah menukarkan voucher dengan 6 lembar tiket yang sebelumnya kami pesan secara online, kami langsung ke penginapan milik Pak Karmoyo, salah satu sesepuh desa, untuk istirahat sejenak. Penginapan kami sebenarnya tidak sulit dicari karena hanya berjarak beberapa rumah dari Kantor Kelurahan Ngadisari, di gang IV, ditandai dengan adanya warung dan tambal ban milik Pak Karmoyo sendiri. Tapi dasarnya kami yang memang belum mengenal lokasi, akibatnya, kami harus berkali-kali menggunakan GPS (Gunakan Penduduk Sekitar) alias tanya-tanya, dan nyasar juga. Hmmm… sepertinya nyasar memang lagu wajib ya.
Di penginapan, energi berhasil ter-charge. Meluncurlah kami ke lokasi Eksotika Bromo 2017, yakni di Lautan Pasir Kasiah. Bolak-balik? Memang. Setrikaan? Iya. Tak apalah, demi Indonesia tercinta. Ciyeeee…
Eksotika Bromo 2017 Hari Pertama
Kalian pasti bingung, kan? Katanya Yajña Kasada, tapi kok Eksotika Bromo 2017 juga? Apa itu? Nah, begini…
Yajña Kasada tahun 2017 ini berbeda. Biasanya, Yajña Kasada ya hanya ritual atau upacara adat saja. Tapi sekarang, ada acara pembukaannya. Semacam pra, lah. Pra Yajña Kasada sebenarnya sudah lama digagas oleh masyarakat Tengger. Ya supaya Yajña Kasada tidak terasa “garing”.
Pra Yajña Kasada dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 7-8 Juli 2017 di Lautan Pasir Kasiah, dan dinamai Eksotika Bromo 2017. Dengan mengusung tema Penghargaan Akan Hidup, Penghargaan Akan Alam yang Menghidupi, dan semangat Bhineka Tunggal Ika, Eksotika Bromo 2017 tergelar dengan “Wah.” Nah, akhirnya tahu, kan?

Hari pertama Eksotika Bromo tanggal 7 Juli 2017 di Lautan Pasir Kasiah, dibuka dengan penampilan perkusi dari Ul Daul Madura yang riuh, dilanjutkan dengan Jaranan Slining dari Lumajang, disambung semangatnya Jegog Suwar Agung dari Jembrana Bali yang unik. Jegog adalah alat musik dari bambu-bambu yang disusun dan dimainkan dengan cara dipukul. Acara dilanjutkan dengan penampilan Tari Mahameru dari Lumajang dengan iringan para wiyaga (Jw: penabuh gamelan) yang lincah dan liukan suara merdu syahdu sinden manis.




Eksotika Bromo 2017 hari pertama ditutup dengan membahana dan menakjubkan oleh Sendratari Kidung Tengger yang menceritakan kisah pengorbanan Dewa Kusuma, salah satu anak Jaka Seger dan Rara Anteng, yang menjadi asal mula adanya suku Tengger. Bersdasarkan wawancara yang sempat kami lakukan dengan salah satu penari, ternyata, Sendratari Kidung Tengger diikuti oleh berbagai kalangan. Beberapa mahasiswa dari dua universitas di Surabaya, para wiyaga kontemporer, siswa-siswi dari SD di Tengger, dan banyak lagi. Di dalamnya, diselingi pembacaan puisi Kusuma oleh Ayushita. Sahabat kenal, bukan, dengan nama yang satu itu? Yap, Ayushita adalah salah satu aktris ibukota, yang dulu pernah tergabung dalam grup musik BBB (Bukan Bintang Biasa).



Meski acaranya masih pertama kali dilaksanakan, tamu-tamu undangan terlihat begitu antusias. Ada Bupati Probolinggo Hj. Puput Tantriana Sari yang cantik jelita. Ada juga rombongan dari Kementrian Lingkungan Hidup RI, sesepuh dan tokoh pendidikan RI Wardiman Joyonegoro, serta tak lupa rombongan dari Bank Jatim sebagai sponsor utama acara Eksotika Bromo 2017 ini.

Ini bukan akhir dari kisah kami di Bromo dalam rangka Upacara Yajña Kasada. Masih banyak yang akan kami temui dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. So, ikuti terus perjalanan kami, ya.
Wah, baru pertama kali diadakan ya. Pantesan rada asing dengan acaranya.
Itu Bupati Probolinggo? Awet muda ya, cakep mas 😀
Akhirnya Sahabat Ransel update lagi. Yeay!
Yapp baru tahun ini Mas ada Eksotika Bromo, ya salah satu penarik wisatawan untuk tau Kasada sih 😀 ini pun juga masih di inisialisasi oleh Pokdarwis Jetak, semoga kedepannya bisa terselenggara acara yg lebih menarik lagi :D. Iya Mas masih cantik dan awet muda Ibuknya 😀 ayok mas main” ke Jatim lagiii 😀
udah lama banget pengen liat upacara kasada tapi belum kesampaian euy..
btw foto-fotonya keceh euyy
Mari main” Ke Bromo, mungkin bisa barengan nih tahun depan ke Kasada :D. Makasih banyak kebetulan banyak moment bagus aja kemarin hehehe 😀