Close
​Yajña Kasada (Bagian 2) ~ Indahnya Toleransi dan Kerjasama
Matahari terbit dilihat dari Lava View di bulan Kasada.

​Yajña Kasada (Bagian 2) ~ Indahnya Toleransi dan Kerjasama

Hong ulun basuki langgeng.

Hai, Sahabat. Masih tidak lupa bahagia, kan? Hehehehe… Sudah baca cerita kami tentang Kisah kami tentang Yajña Kasada Bagian 1 kemarin bukan? kalau belum bisa, bisa coba baca disini dulu ya, dan kalau sudah, perjalanan menyaksikan Yajña Kasada masih berlanjut. Yuk, intip-intip lagi.

Berburu Pesona Sunrise

Hari kedua di gunung Bromo, tanggal 8 Juli 2017. Hari ini kami awali dengan berburu pesona sunrise (ind: matahari terbit). Informasi yang kami dapatkan dari pak Karmoyo, bahwa bulan-bulan ini tempat terbaik untuk melihat sunrise, ya di Lava View. Berbekal informasi itu, sehabis shubuh kami langsung berangkat menuju lokasi.

Ternyata, spot yang dimaksud ada di belakang penginapan yang bernama Lava View. Jadi, Lava View ya penginapan itu. Elaaahhh…. Dari Lava View, kami terus masuk sampai menemukan jalanan kecil dan terjal. Informasi yang kami dapat ternyata benar. Semburat jingga pertanda Surya sedang menggeliat dan bersiap membuka mata sudah terlukis di ufuk terbitnya. Tapi kami terus saja berjalan sampai ujung dataran untuk menemukan posisi terbaik. Di sana, sudah ada banyak sekali manusia. Mulai yang sebangsa sampai yang dari negara-negara tetangga. Bahkan ada yang dari negeri antah berantah (bah, macam dongeng pula hahahaha…). Kami semakin beruntung, ketika melihat di belakang kami, di Lautan Pasir Kasiah di bawah sana, kabut sedang rebah dengan indah. Tenangnya sesunyi sepi, dan riaknya selembut kapas. Kami seperti melihat lautan permen kapas luas yang menggenangi kaki gunung Bromo dan gunung Bathok, dan penanjakan-penanjakan sebagai cawannya. Syahdu nian euyy…

Matahari terbit dilihat dari Lava View di bulan Kasada.
Matahari terbit dilihat dari Lava View di bulan Kasada.
Lautan Kabut dilihat dari Lava View.
Lautan Kabut dilihat dari Lava View.

Tak terasa, hari sudah semakin siang saja. Setelah menuntaskan dua hasrat layaknya sambil menyelam minum air, sambil menunggu sunrise terabadikanlah lautan kabut beserta asap dari “dapur” kawah gunung Bromo, kami turun dan kembali ke penginapan. Mempersiapkan diri dan alat pengabadi (baca: kamera) untuk menuju Eksotika Bromo 2017 hari kedua yang dimulai pada pukul 14.00 wib.

Mampir ke Pura Luhur Poten

Sebenarnya, beberapa hari sebelum berangkat, kami sudah mendapat jadwal acara apa saja yang akan diselenggarakan oleh rakyat Tengger dalam rangka menyambut Yajña Kasada. Entah itu di Lautan Pasir Kasiah, desa Ngadisari, ataupun di Pura Luhur Poten. Tapi sayang beribu sayang, Sahabat, kami tersirep kabut lupa.

Ketika kami ingat, langsung cusss… menuju Pura Luhur Poten, kurang lebih pukul 12 siang. Bertaruh dengan keberuntungan. Sebab menurut jadwal, jam segitu sudah tak ada lagi acara. Tapi kami tetap saja berangkat dengan yakin.

Pura Luhur Poten berwarna hitam keabu-abuan menyaru dengan warna lautan pasir yang mengitarinya. Itulah mengapa kami sempat kesulitan mencari letaknya. Pura ini menjadi pusat ibadah suku Tengger yang beragama Hindu. Letaknya sangat dekat dengan gunung Bromo. Terdapat dua arca Dwarapala di kanan-kiri gerbang masuknya, yang dianggap keramat. Di dalamnya, terbagi menjadi beberapa bagian. Pada pura utama, terdapat undakan tempat diletakkannya sesaji, yang menghadap lurus ke arah gunung Bromo.

Pura utama dalam Pura Luhur Poten menghadap ke gunung Bromo.
Pura utama dalam Pura Luhur Poten menghadap ke gunung Bromo.
Gerbang masuk ke Pura Luhur Poten.
Gerbang masuk ke Pura Luhur Poten.

Melasti. Salah satu ritual yang dilakukan sebelum hari H Yajña Kasada. Satu-satunya acara yang beruntungnya tersisa untuk kami hari ini. Melasti merupakan ritual yang dilakukan setelah menjalani ritual mendhak tirta (ind: mengambil air suci) di goa Widodaren. Tujuannya hampir sama dengan ritual-ritual lain sebelum Yajña Kasada, yaitu bersyukur kepada Tuhan dan menyucikan diri. Melasti sendiri, tidak tercantum dalam jadwal yang kami dapat. Jadi, ini memang murni keberuntungan kami. Istilah kerennya, ya rejeki kami.

Kegiatan Melasti di pura utama dalam Pura Luhur Poten.
Kegiatan Melasti di pura utama dalam Pura Luhur Poten.
Mengarak sesaji setelah ritual Melasti di Pura Luhur Poten.
Mengarak sesaji setelah ritual Melasti di Pura Luhur Poten.

Setelah puas mengikuti acara Melasti sampai selesai, kami menuju lokasi Eksotika Bromo 2017 yang sebenarnya terletak tak jauh dari pura. Letaknya tepat lurus di sebelah timur Pura Luhur Poten. Tapi kami harus melalui jalur setengah lingkaran sesuai petunjuk yang ada. Jadi, terasa sedikit lebih jauh dari perkiraan. Tak apalah…

Eksotika Bromo 2017 Hari Kedua

Seperti pada hari pertama, Eksotika Bromo 2017 dilaksanakan di siang hari di Lautan Pasir Kasiah. Penontonnya sebagian besar juga sama seperti hari sebelumnya. Pengisi acaranya pun, tak jauh beda. Hmmm… lalu apa dong asyiknya kalau sama saja seperti itu? Eits, tunggu dulu, Sahabat.

Eksotika Bromo 2017 hari kedua juga dibuka dengan meriah oleh Ul Daul Sakera dari Kabupaten Pamekasan, Madura, yang dibarengi dengan Tari Caping Ngancak. Namun, berikutnya adalah sekelompok penari yang juga dari pulau seberang, yaitu Sulawesi. Mereka membaakan tarian khas Gowa, Tarian Pepe’ Pepe’ Bainea Ri. Tarian tersebut sedikit seram, bagi kalian yang takut dengan api. Sebab, dalam tarian itu, para penarinya membawa obor dan memainkan api tanpa takut. Bahkan sengaja menjilatkan api yang mereka bawa ke tubuh mereka. Di tengah hingga akhir tarian, semua penari menyemburkan api dari mulutnya. Suasana begitu meriah. Perasaan penonton jadi setengah-setengah. Setengah ngeri, setengah takut, setengah kagum, setengah ndomblong. Dan di antara semua setengah-setengah itu, tepuk tangan tak lupa bergemuruh.

Tari Caping Ngancak dari Madura.
Tari Caping Ngancak dari Madura.
Tari Pepe' Pepe' Bainea Ri dari Gowa, Sulawesi.
Tari Pepe’ Pepe’ Bainea Ri dari Gowa, Sulawesi.

Ketakutan dan kengerian penonton kemudian diredakan oleh merdunya Jegog Suwar Agung yang untuk hari kedua ini, bertambah panjang permainannya. Setelah itu, ada yang berbeda lagi. Jika kemarin disambung oleh Tarian Mahameru dari Lumajang, maka sekarang ada Reog Ponorogo sebagai penggantinya. Para pemainnya yaitu siswa-siswi dari SMAN 2 Ponorogo yang tergabung dalam Kridha Taruna. Sungguh hebat sekali permainannya, Sahabat. Dan kehebatan itu, disusul dengan kehebohan yang lain, yakni Sendratari Kidung Tengger, yang sekaligus menutup acara sore itu. Ada yang beda dari penampilan Sendratari Kidung Tengger hari ini. Kali ini, yang membacakan puisi Kusuma adalah Ine Febriyanti, salah satu pemain teater ternama di Nusantara. Kami setuju bahwa puisi Kusuma terasa lebih mantab jika dibacakan oleh Ine. Terasa lebih hidup dan menggetarkan kalbu. Brrr….

Reog Ponorogo dari SMAN 2 Ponorogo yang tergabung dalam Kridha Taruna.
Reog Ponorogo dari SMAN 2 Ponorogo yang tergabung dalam Kridha Taruna.
Sha Ine Febriyanti sebagai pembaca puisi berjudul Kusuma di Eksotika Bromo 2017 hari ke-2.
Sha Ine Febriyanti sebagai pembaca puisi berjudul Kusuma di Eksotika Bromo 2017 hari ke-2.

Hari ini, ada yang istimewa bagi kami. Kami bertemu teman-teman lawas senasib seperjuangan. Mereka bertiga, dan baru datang hari ini. Jadi, masih bingung mau menginap dimana. Ya lalu kami ajak saja mampir ke penginapan. Siapa tahu saja, mereka juga berminat menginap di tempat yang sama. Kan jadi tambah seru tuh. Nah, ternyata benar dugaan kami. Mereka memutuskan menginap dan “berjuang” bersama. So, malam hari di bulan Kasada ini, semakin Kasada deh.

Rangkaian Eksotika Bromo 2017

Malam boleh dingin, Sahabat. Tapi tidak dengan hati. Hati harus tetap hangat untuk menerima berbagai macam umat dan tak melaknat. Setuju?

Malam ini tak seperti malam kemarin. Jika kemarin setelah acara kami langsung istirahat, maka malam ini justru bersiap-siap. Sebab, ada serangkaian lagi acara dari Eksotika Bromo 2017. Acara itu dilaksanakan di Agrowisata Stroberi Desa Jetak. Tidak jauh dari penginapan kami, dan tidak perlu susah-susah turun ke lautan pasir. Bagaimana acaranya? Begini…

Ketika kami tiba di lokasi, acara ternyata sudah berlangsung. Jadi, kami sedikit terlambat. Yang sedang mengisi acara saat itu, adalah Singo Wulung dan Jaranan dari desa Jetak. Singa Wulung di sini berbeda dengan Singa Wulung yang ada di Bondowoso. Di Bondowoso, Singo Wulung beraksi meloncat ke dalam lingkaran api. Tapi di sini, hanya menari saja sesuai musik yang mengiringi.

Singo Wulung dan Jaranan dari desa Jetak.
Singo Wulung dan Jaranan dari desa Jetak.

Kemudian, disambung dengan konser musik dari Jatiswara Surabaya yang membawakan musik ala Jawa lengkap dengan tabuhannya. Tapi, ada yang membuat kami terkejut. Ternyata, yang mereka bawakan adalah salawat kepada Nabi Muhammad saw. dalam bahasa Jawa. Sungguh perpaduan yang apik sekali. Kami jadi teringat kepada Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam di Jawa dengan cara memasukkan nafas-nafas Islam ke dalam tradisi Jawa yang memang sudah berlangsung lama. Bukan dengan kekerasan dan menolak sana-sini. Dan setelah kami iseng mencari apa itu Jatiswara di Internet, ternyata, Jatiswara merupakan nama lain dari Syekh Ibrahim Asmaraqandy. Beliau adalah salah satu wali yang menyebarkan agama Islam di daerah Surabaya.

Konser musik Jatiswara Surabaya.
Konser musik Jatiswara Surabaya.

Acara Rangkaian Eksotika Bromo 2017 malam ini diakhiri dengan penampilan Jaranan Campursari yang dibawakan oleh para pemuda dari desa Jetak. Mereka menjaran dengan gagah dan gemulai. Jaranan di desa Jetak ini juga berbeda dari jaranan yang biasa kami lihat. Mereka tidak terlalu menghentak-hentak. Tapi lebih seperti ke permainan trasdisional. Di tengah-tengah tampilan, muncul kerbau hitam besar yang sedang mengamuk. Tenang saja, Sahabat. Itu hanya kostum yang di dalamnya ada dua manusia, kok.

Jaranan Campursari dari Desa Jetak.
Jaranan Campursari dari Desa Jetak.
Atraksi banteng mengamuk di Jaranan Campursari desa Jetak.
Atraksi banteng mengamuk di Jaranan Campursari desa Jetak.

Masih dua hari, bukan, Sahabat? Berarti, masih ada sehari lagi sebelum menuju ke acara puncak, yakni Yajña Kusuma. Besok kira-kira ada acara apa lagi, ya? Bukankah Eksotika Bromo 2017 sudah berakhir? Kami simpan pertanyaan kalian, dan akan kami jawab besok. Percaya deh, besok pasti ada yang seru dari kami. So, tunggu kami lagi ya…

Om shanti shanti shanti om.

Tinggalkan Balasan