Close
419 km, Pesona Api Biru di Kawah Gunung Ijen : #RideWithThole
Blue Fire / Api Biru Kawah Gunung Ijen Yang Mulai Menghilang

419 km, Pesona Api Biru di Kawah Gunung Ijen : #RideWithThole

Siapa yang tak kenal dengan Kawah Gunung Ijen? Gunung yang terkenal karena api birunya ini sudah tersohor hingga manca negara. Bukan karena apa, tapi karena api biru sendiri hanya bisa kita lihat di dua tempat di dunia. Fenomena blue fire alias api biru ini bisa kita lihat di Islandia dan tidak lain di Kawah Gunung Ijen Banyuwangi.

Menyusuri Pesisir Timur Pulau Jawa

Nah perjalanan saya ke Kawah Gunung Ijen ini merupakan kelanjutan dari perjalanan saya bersepeda motor menyusuri pesisir timur Pulau Jawa. Setelah kami puas bermain-main di ‘Africa Van Java‘, kami melanjutkan perjalanan ke Kawah Gunung Ijen. Untuk menuju ke pos pendakian Gunung Ijen yang berada di kawasan Paltuding, Desa Banyusari, Kecamatan Licin, kita harus menempuh kurang lebih 38 km dari pusat Kota Banyuwangi. Untuk kalian yang datang dari luar kota, bisa langsung menuju pos pendakian dan istirahat di sana sebelum melakukan pendakian. Akan tetapi, karena pada waktu perjalanan itu saya juga masih punya tanggungan pekerjaan, jadi, kami memilih untuk menginap di Ijen Resto & Guest House di daerah Licin. Kami memilih menginap di sini karena di sini menyediakan WiFi dan sinyal ponsel juga masih tertangkap dengan bagus. Pada waktu itu, menurut warga sekitar, ketika sudah melewati Desa Licin sinyal ponsel sudah susah. Di sini saja, kita harus beberapa kali turun ke Pasar Licin, untuk mendapatkan signal yang benar-benar bagus.

Ijen Resto & Guest Hous
Ijen Resto & Guest Hous

Bertarung dengan Dinginnya Malam

Setelah cukup beristirahat di penginapan, malam harinya kami melanjutkan perjalanan menuju pos pendakian Gunung Ijen. Kurang lebih kami berangkat pukul 23.30, karena menurut pemilik penginapan, jarak tempuh dari penginapan ini menuju pos pendakian membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan. Dari sini, penghambat perjalanan kami bukanlah jalan yang rusak atau terjal, melainkan kami harus bertarung dengan dinginnya malam. Sampai saya sempat berhenti sejenak untuk memindahkan tas di depan dada, karena pada waktu itu saya hanya menggunakan jaket berbahan polar, yang mana dinginnya udara bisa dengan mudah masuk ke dalam jaket.

Pos Pendakian Kawah Gunung Ijen, Paltuding

Menempuh waktu kurang lebih 1 jam, sampai juga kami di pos Pendakian Gunung Ijen, di Desa Paltuding. Di sini ternyata kita sudah ada di ketinggian 1850 mdpl, dan dinginnya sudah mulai menusuk-nusuk tulang. Kami harus menunggu hingga pukul 02.00 untuk bisa memulai pendakian. Menurut warga sekitar, kita baru di diperbolehkan naik pukul 2 karena untuk menghindari gas beracun dari Kawah Gunung Ijen.

Pos Pendakian Kawah Gunung Ijen, Paltuding
Pos Pendakian Kawah Gunung Ijen, Paltuding

Harga Tiket Pendakian Kawah Gunung Ijen

Untuk bisa mendaki ke Kawah Gunung Ijen, kita perlu merogoh kocek sebesar 5.000 rupiah untuk restibusi pos pendakian. Dan untuk kawan-kawan wisatawan asing, dikenakan biaya berbeda, yakini sebesar 100.000 rupiah. Selain restibusi pendakian, bila kita ke sana menggunakan kendarakan pribadi. Kita juga diharuskan membayar tiket masuk kendaraan sebesar 2.000 rupiah untuk roda 2 dan 5.000 rupiah untuk roda 4 serta parkir kendaraan sebesar 3.000 rupiah untuk roda 2 dan 6.000 rupiah untuk roda 4.

Selesai berurusan dengan administrasi, saya memulai langkah demi langkah menyusuri jalur pendakian yang masih berupa susunan paving. Tapi jangan terlena dengan tracknya, karena menurut saya, track tersulit dalam pendakian Gunung Ijen adalah pada kilometer pertama. Menurut beberapa pemandu yang sempat berbincang dengan saya, kemiringan paling extream memang ada di sini. Kemiringan antara 25 hingga 35 derajat ini sangan menguras tenaga saya. Ditambah dinginnya malam yang makin menusuk tulang sehingga beberapa kali saya harus berhenti untuk sekedar mengambil nafas lebih banyak. Beberapa kali juga berhenti berdalih mengabadikan foto, padahal ya pingin istirahat saja hehehe.

Di luar jalur yang lumayan menanjak, dan ditambah dinginnya malam yang senantiasa menemani perjalanan kami. Pemandangan di sepanjang jalur pendakian boleh diacungi jempol. Pemandangan Gemerlap Kota Banyuwangi dan bintang-bintang bisa kalian nikmati sepanjang perjalanan. Ada satu foto yang sempat saya abadikan. Ya, meskipun hasilnya juga ala kadarnya, karena dalam perjalanan ini pertamakalinya saya belajar menggunakan kamera, jadi harap dimaklumi ya hasilnya. 😀

Pemandangan Gemerlap Bintang dan Kota Banyuwangi Menemani Sepanjang Pendakian
Pemandangan Gemerlap Bintang dan Kota Banyuwangi Menemani Sepanjang Pendakian

Tarian Magis The Blue Fire

Akhirnya, setelah kurang lebih 3 jam perjalanan kami tempuh, sampai juga kami di puncak Gunung Ijen. Dari sini, kalian bisa melihat api biru yang indah bak sedang menari-nari di kawah Gunung Ijen. Karena banyak para pendaki lain yang mulai turun dari puncak menuju kawah mengikuti para penambang belerang, kami juga memutuskan untuk ikut turun menuju arah api biru. Memang tidak jauh jarak dari puncak menuju bibir kawah, kurang lebih 250 m saja. Tapi, kalian harus ekstra berhati-hati karena jalan yang akan kalian lalui adalah jalan batuan terjal yang lumayan ekstrim.

Melihat api biru dari dekat merupakan pengalaman tersendiri untuk saya, karena bisa dibilang sebelumnya saya belum pernah mendaki gunung. Sekalinya mendaki, disuguhi pemandangan seindah ini. Sangat disayangkan kami lupa untuk membawa masker, padahal bau belerang di sini sangat menyengat. Jadi untuk teman-teman yang ingin berkunjung ke Gunung Ijen, kami sarankan untuk membawa masker. Lagi-lagi untuk foto, jangan berharap banyak ya. Namanya masih belajar foto ala kadarnya lah di sini. Sudah selesai beristirahat sejenak, sang mentari mulai menampakkan ronannya, tanda bagi kami juga untuk bergegas naik lagi, karena pertunjukan dari sang api biru juga sudah mulai meredup.

Bagus Bersama Api Biru
Bagus Bersama Api Biru
Fenomeda Blue Fire atau Api Biru
Fenomeda Blue Fire atau Api Biru
Api Biru Yang Hilang, Hanya Terlihat Belerang yang Mengepul
Api Biru yang Hilang, Hanya Terlihat Belerang yang Mengepul

Penambang Belerang Tradisional yang Perkasa

Saat perjalanan pulang ini, baru saya tau kalau di sini selain pendaki juga banyak penambang-penambang belerang yang masih menggunakan sistem penambangan tradisional. Mereka menambang masih menggunakan alat yang ala kadarnya. Membawa turun belerang juga hanya dengan dua keranjang yang dipanggul di pundak. Saya tidak bisa membayangkan betapa berat perjalanan mereka. Saya yang hanya menggunakan tas ransel kecil saja harus beberapa kali berhenti untuk sekedar meregangkan kaki. Setelah beberapa kali mengamati para penambang, akhirnya saya beranikan untuk mengajak bicara satu bapak penambang yang kala itu sedang beristirahat setelah memikul belerang dari bawah kawah. Dan betapa kagetnya saya, ketika beliau bilang kalau belerang yang dipikul oleh para penambang itu seberat 80 hingga 100 kg.

Penambang Belerang Tradisional
Penambang Belerang Tradisional

Menuruni Gunung Ijen

Setelah istirahat sejenak di puncak, serta mengabadikan beberapa foto, matahari yang mulai menyengat terasa seperti mengusir kami untuk segera turun. Kalau tadi kita disuguhi pemandangan bintang-bintang yang indah ketika perjalanan naik, di perjalanan turun tidak kalah indahnya, karena kita bisa melihat pemandangan bukit-bukit nan indah di sini. Tak jarang pula kita berpapasan dengan para pendaki yang memang memulai pendakiannya ketika matahari sudah mulai terbit.

Bukit-Bukit Menemani Perjalanan Turun Kita
Bukit-Bukit Menemani Perjalanan Turun Kita
Pemandangan Indah Ketika Menuruni Gunung Ijen
Pemandangan Indah ketika Menuruni Gunung Ijen

Pondok Bunder 2214 mdpl

Ketika perjalanan turun, kami singgah sebentar di Pondok Bunder. Karena gelap gulita, ketika naik tadi kami tidak sadar kalau di sini ada tempat untuk beristirahat. Di sini, kalian juga bisa membeli minuman dan camilan untuk menambah tenaga ketika naik maupun turun Gunung Ijen. Selain sebagai tempat beristirahat, di sini juga digunakan untuk tempat menimbang belerang hasil para penambang membawa dari kawah Gunung Ijen.

Pondok Bunder 2214 mdpl
Pondok Bunder 2214 mdpl

Tips Pendakian Kawah Gunung Ijen

  • Bila ingin melihat blue fire / api biru, sebaiknya mendaki sekitar pukul 02.00 karena puncak dari blue fire ada pada pukul 05.00. Dengan estimasi perjalanan 3 jam, seharusnya kalian bisa melihat fenomena api biru tersebut.
  • Perlu diingat, fenomena api biru tidak selalu ada. Jadi, jangan kaget dan kecewa ketika kalian tidak melihatnya. Musim kemarau adalah musim terbaik bagi kalian yang ingin melihat fenomena api biru.
  • Gunung Ijen merupakan gunung yang menurut saya ramah akan pendaki pemula seperti saya, tapi jangan lupa untuk tetap persiapkan fisik serta logistik. Air minum jangan lupa, karena pendakian pada dini hari akan banyak menguras tenaga.
  • Jangan lupa membawa masker, karena bau belerang sangat menyengat di sana.
  • Bagi kalian pengemar fotografi, jangan lupa membawa tripot ya. Karena, untuk mengabadikan api biru tripot akan sangat membantumu menghasilkan foto yang bagus.
  • Pendakian hanya dibuka selama kurang lebih 12 jam dari pukul 02.00 hingga 14.00.

#RideWithThole

Perjalanan saya bersepeda motor menyusuri pesisir timur Pulau Jawa tidak berhenti sampai disini. Ada yang bisa menebak kemana lagi pemberhentian saya selanjutnya? Atau mungkin ada saran daerah wisata yang harus kami kunjungi yang ada di seputar timur Pulau Jawa? Tulis di kolom komentar yak. ^_^

#ridewithtole
#ridewithtole

Tulisan ini merupakan bagian dari perjalanan saya, yang saya lakukan bersama motor kesayangan saya, Si Thole. Maka dari itu, kalian bisa melihat judul dengan format x km dan dengan tagar #RideWithThole.Yang berarti, perjalanan yang saya lakukan adalah sejauh x km dari rumah. Ke depan, saya akan banyak menulis perjalanan saya bersama Si Thole. Jadi, sering-sering main ke sahabatransel.com ya. Oh, ya. Hingga tulisan ini diterbitkan, saya belum sempat menulis tentang Si Thole. Semoga di tulisan ke depan, saya bisa memperkenalkan kalian dengan kawan setia saya yang satu ini hehehe. ^_^

Tidak Sedikit Pendaki yang Berasal dari Luar Negeri
Tidak Sedikit Pendaki yang Berasal dari Luar Negeri
Para Pendaki Turun, Menuju Kawah Gunung Ijen
Para Pendaki Turun, Menuju Kawah Gunung Ijen
Puncak Gunung Ijen
Puncak Gunung Ijen
Siluet Bagus, di Puncak Gunung Ijen
Siluet Bagus, di Puncak Gunung Ijen
Buff/bandana saja tidak cukup untuk menghalau bau belerang
Buff/bandana saja tidak cukup untuk menghalau bau belerang
Wisatawan Mancanegara di Puncak Gunung Ijen
Wisatawan Mancanegara di Puncak Gunung Ijen
Kawah Gunung Ijen
Kawah Gunung Ijen

7 thoughts on “419 km, Pesona Api Biru di Kawah Gunung Ijen : #RideWithThole

    1. Wihh mantabb ke Bali, dari mana itu startnya kalau bolih tau?. heheh yg penting pengalamannya, dokumentasi mah jadi pemanis aja, ceritanya itu yg enggak bisa di lupakan ^_^

Tinggalkan Balasan