Close
Reuni di Atas Gunung Prau Jalur Patak Banteng
Anak Komplek Goes To Prau

Reuni di Atas Gunung Prau Jalur Patak Banteng

Reuni? Iya, reuni. Jadi, kami pertama saling kenal di salah satu perjalanan bersama Pesona Indonesia. Dan setelah tidak bertemu kurang lebih satu tahun, ada ide gimana kalau kita jalan bareng lagi. Akhirnya, disepakati Gunung Prau sebagai tujuan perjalanan kita kali ini.

Kenapa Gunung Prau, karena kami berdomisili di ujung timur dan barat Jawa, lebih enak kalau cari yang di tengah. Selain itu, di daerah Wonosobo sini, juga banyak wisata lain yang bisa kita kunjungi selain Gunung Prau itu sendiri. Sebut saja Telaga Warna, Candi Arjuna, dan berbagai macam wisata lainnya.

Selamat Datang di Dieng, Wonosobo
Selamat Datang di Dieng, Wonosobo

Perjalanan ke Wonosobo

Oh iya, dalam perjalanan ke Wonosobo, saya tidak sendirian. Saya ditemani si Bagus. Pasti tidak asing kan dengan dia? Iya, dia salah satu teman yang meracuni saya untuk jalan-jalan terus. Salah satu tulisan saya bersama si Bagus adalah ketika kita road trip naik sepeda motor berdua ke Taman Nasional Baluran. Bagi kalian yang belum membaca keseruannya, bisa cek di sini yak.

Jalur Pendakian Gunung Prau

Jalan pendakian Gunung Prau sendiri ada beberapa titik. Mulai dari Patak Banteng, Dieng Wetan, Dieng Kulon (Dwarawati), Kali Lembu, Campurejo, dan Wates. Selain 6 rute itupun sebenarnya masih ada beberapa rute lagi yang bisa kita lalui. Tapi rute-rute tersebut merupakan rute konserfasi dan rute-rute untuk warga sekitar. Rute yang paling umum dilewati para pendaki sendiri adalah rute Patak Banteng dan rute Dieng Kulon/Dwarawati.

Menuju Basecamp Patak Banteng

Kami sendiri memilih jalur Patak Banteng, dalam pendakian kali ini. Alasan kami memilih jalur Patak Banteng, karena letak basecamp yang dekat dengan jalur utama Wonosobo-Dieng, serta jarak tempuh yang kita perlukan untuk sampai kepuncak + 4-5 jam.

Sampai di basecamp, kami bersiap dan mendaftar di sana. Para pendaki juga bisa beristirahat di sini sebelum atau setelah mendaki Gunung Prau. Kami sendiri berhenti di sini untuk sekedar repacking dan membagi logistik. Untuk restribusi sendiri, masih bisa dibilang cukup murah, perorangnnya. Hanya dikenakan biaya Rp 10.000,-.

Peta Jalur Gunung Prau Via Patak Banteng
Peta Jalur Gunung Prau Via Patak Banteng

POS 1 – Sikut Dewo

Dari basecamp menuju pos 1, kita akan melewati perkebunan warga. Dan untuk kalian yang ingin berhemat tenaga, ada juga jasa ojek dari basecamp menuju pos 1 dengan biaya Rp 10.000,-. Pasti banyak yang bertanya, “Lo kok bisa naik ojek? Naik motor sendiri bisa enggak?” Iya bisa naik ojek, karena jalan ke arah pos 1 ada 2 jalur. Yang pertama, jalur melewati ladang, dimana kita harus berjalan kaki, sedangkan yang kedua kita bisa naik motor melewati jalan beton tetapi sedikit memutar jalannya.

Pos 1 sendiri, kalau kita hitung jaraknya juga masih belum jauh dari basecamp. Mungkin kurang lebih sekitar 500m sampai 1 km. Bentuk pos 1 sendiri hanya berupa gubug yang biasanya dimanfaatkan warga untuk melatih burung dara.

Menuju Pos 1 Sikut Dewo
Menuju Pos 1 Sikut Dewo

POS 2 – Canggal Walangan

Nah, barulah dari pos 1 menuju pos 2 ini kita disambut dengan tanjakan-tanjakan, mulai dari tanah liat hingga bebatuan, menemani setiap langkah kita. Kabar bahagia untuk kalian para pendaki yang mudah lelah seperti saya. Dari pos 1 menuju pos 2, kalian akan melewati beberapa warung yang bisa kalian gunakan untuk beristirahat sembari mengisi tenaga. Lo kok ada warung? Iya, sampai di ketinggian ini kalian masih akan menjumpai warung-warung karena di kiri-kanan jalur pendakian juga masih banyak ladang milik para warga. Jadi, warung ini selain diisi oleh para pendaki, juga banyak digunakan para warga untuk beristirahat setelah menggarap ladangnnya.

Jarak dari pos 1 menuju pos 2 juga tidak seberapa jauh. Biasa ditempuh dengan 20-30 menit perjalanan. Tapi untuk pendaki tambun seperti saya, ya kurang lebih 40 menit lah ya, hehehe. Pos 2 sendiri hanya berupa petak tanah kecil yang datar. Misal digunakan untuk mendirikan tenda, mungkin hanya cukup untuk 2-3 tenda saja.

Selepas Pos 1 Tangga Tanah menemani Setiap Langkah Kita
Selepas Pos 1 Tangga Tanah Menemani Setiap Langkah Kita

POS 3 – Cacingan

Tanjakan demi tanjakan yang lumayan menguras tenaga sudah mulai menyambut dari pos 2 menuju pos 3. Akan tetapi, setiap kalian beristirahat, dari atas kalian akan melihat pemandangan cantik, yaitu pemandangan desa dengan Telaga Warna yang indah dari atas sini. Yaaaa, bisalah mengurangi sedikit rasa lelah dari tanjakan-tanjakan yang seakan-akan tak terlihat puncaknya.

Perjalanan menuju pos 3 juga bisa dibilang perjalanan paling jauh dan terjal, jadi jangan kaget bilamana kalian banyak menemui batuan licin yang seakan-akan tak pernah hilang dari pandangan kalian. Kalian juga perlu extra hati-hati di sini, apalagi ketika melakukan pendakian di musim hujan. Batuan yang kalian pijak bisa menjadi sangat licin dan tidak sedikit pendaki yang terpeleset.

Tanjakan Menanti di Perjalanan Menuju Pos 3
Tanjakan Menanti di Perjalanan Menuju Pos 3

2565 mdpl – Puncak Gunung Prau

“Ayo mas kurang sedikit lagi, habis ini puncak kok.” Begitu kurang lebih Mas Arief mencoba menyemangati saya. Tapi ya namanya badan udah segede gaban gini, ditambah perjalanan dari pos 2 ke pos 3 tadi sudah lumayan menanjak, saya tetap memilih untuk berjalan pelan menyusuri batu demi batu menuju puncak Gunung Prau.

Untuk menuju puncak, para pendaki dihadapkan dengan tanjakan yang bisa dibilang sangat terjal. Tanjakan yang berupa tanah liat dan bebatuan itu selain licin juga rawan ambrol/longsor. Jadi, kita harus benar-benar memperhatikan setiap langkah kita. Meskipun dari pos 3 sudah banyak dipasang tali-tali bantuan yang sebenarnya sangat membantu para mendaki untuk melewati bebatuan terjal tersebut, saya tetap beberapa kali terpeleset di sini.

Selain jalan yang terjal, saya dihadapkan dengan satu masalah lagi untuk menuju puncak, yaitu cuaca! Saat itu cuaca yang tadinya cerah mendadak mendung, menyelimuti Gunung Prau. Mengurangi waktu istirahat dan terus berjalan meskipun dengan langkah kecil, saya lakukan untuk bisa segera sampai puncak. Dan kurang lebih 40-50 menit, akhirnya sampai juga di Puncak Gunung Prau.

Setelah selesai mendirikan tenda, karena udara sangat dingin dan kabut mulai turun, kami langsung masuk ke tenda masing-masing. Sekedar bersenda gurau kami lakukan dari dalam tenda masing-masing karena di luar tenda dinginnya seakan-akan menembus ke dalam tulang kami. Beberapa kali saya mencoba keluar untuk memotret bintang berharap kabut hilang, tapi hasilnya nihil. Sepanjang malam kabut tetap setia di atas tenda kami.

Sunrise di Puncak Gunung Prau

Nah, salah satu pesona Gunung Prau adalah sunrisenya. Sampai-sampai, ada yang menulis tentang Sunrise Terindah se-Asia Tenggara ada di puncak Gunung Prau. Karena dari atas sini, kalian bisa melihat 4 puncak gunung, yaitu puncak Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, serta Gunung Merapi dan Merbabu. Tapi sayang seribu sayang, ketika kita bangun dan keluar dari tenda di pagi hari, kabut belum juga mau beranjak dari atas tenda kita. Ya namanya juga alam, siapa juga yang tau, bukan?

Bawa Turun Sampahmu
Bawa Turun Sampahmu
Sahabat Ransel di Puncak Gunung Prau
Sahabat Ransel di Puncak Gunung Prau

Setelah gagal dengan sunrise, akhirnya kita hanya berjalan-jalan di sekitar sabana yang masih diselimuti kabut putih. Ya untuk sekedar mengabadikan momen dan berfoto-foto untuk kenang-kenangan anak cucu bisa lah, hehehe. Tapi kami juga patut bersyukur meskipun gagal melihat sunrise. Tenda-tenda kami aman dari terpaan angin yang bisa dibilang cukup kencang semalam. Karena ketika kami jalan-jalan di sekitar tempat kita mendirikan tenda, banyak tentangga tenda kami yang tendanya rusak terterpa angin kencang.

Tenda-Tenda Rubuh Terterpa Angin
Tenda-Tenda Rubuh Terterpa Angin

Selesai sesi foto-foto, tibalah kita di sesi makan-makan sebelum kembali turun. Kami bersama memasak logistik yang kami bawa, mulai dari mie hingga sayur sop kita masak di sana. Setelah sekiranya tenaga cukup untuk melanjutkan perjalanan turun, kami mulai mencopot tenda dan merapikan peralatan ke dalam ransel masing-masing.

Masak-Masak kita
Masak-Masak Kita

Perjalanan turun lebih cepat dari yang saya bayangkan, meskipun beberapa kali harus terjatuh karena batu-batu lumayan licin. Kurang lebih 2 jam kami sudah tiba di basecamp pendakian Patak Banteng lagi. Dan sungguh beruntungnya kami, beberapa saat setelah kami sampai di basecamp hujan pun turun. Untung saja, tidak pada saat kami masih di perjalanan tadi.

 

Batu yang Licin Membuat Kami Sempat Terperosok Beberapa Kali Ketika Perjalanan Turun
Batu yang Licin Membuat Kami Sempat Terperosok Beberapa Kali ketika Perjalanan Turun
Perjalanan Melewati Ladang Tanda Sudah Dekat dengan Basecamp
Perjalanan Melewati Ladang Tanda Sudah Dekat dengan Basecamp

Beberapa Tips Pendakian Ke Gunung Prau

  • Pilih waktu yang tepat, usahakan bukan pada musim hujan.
  • Usahakan mendaki bersama teman yang sudah pernah mendaki ke sana.
  • Bawa air yang cukup, karena Gunung Prau tidak memiliki mata air.

Denda untuk Pelanggar Peraturan di Kawasan Gunung Prau

Gunung merupakan tempat umum, dimana kita harus bersama menjaga kelestariannya. Maka dari itu, di basecamp kalian akan diperingatkan dengan peraturan apa-apa yang tidak boleh kalian lakukan di Gunung Prau, dan berapa denda yang harus kalian bayar ketika melakukan pelanggaran tersebut. Berikut beberapa list peraturan tersebut.

  • Masuk tanpa ijin -> denda harga tiket masuk + 1 bibit.
  • Membuang sampah sembarangan -> denda 2 bibit.
  • Membuat api unggun -> denda 2 bibit.
  • Tidak membawa turun sampah -> denda 2 bibit.
  • Menebang pohon -> denda 5 bibit.
  • Membawa senjata tajam -> disita.
  • Membawa kembang api -> disita.
  • Menyalakan kembang api -> denda 2 bibit.
  • Membawa minuman keras -> denda 4 bibit.
  • Pencurian -> UU pidana.
  • Membawa alat musik -> disita.
  • Apabila ditemukan alat musik di puncak -> disita + denda 1 bibit.
  • Memetik bunga edelweise -> denda 2 bibit dan menggembalikannya.
  • Berzina -> diserahkan kepada yang berwajib + 10 bibit.
  • Mencoret pohon/batu -> 5 bibit.
  • Kencing dalam botol -> 3 bibit.

Dengan ketentuan 1 bibit = harga bibit + penanaman + biaya angkut = 20.000. Serta sajam yang akan disita adalah sajam yang berukuran lebih dari 15 cm.

Video Perjalanan

Dalam pendakian kemarin, kami juga membuat video perjalanannya lo. Jangan lupa nonton juga ya. ^_^

2 thoughts on “Reuni di Atas Gunung Prau Jalur Patak Banteng

Tinggalkan Balasan